Warning!
Postingan ini sudah lama ngendon di draft saya. Setiap paragrafnya tidak ditulis dihari yang bersamaan. Kalau anda orang yang detail mungkin anda sadar tanggal yang saya cantumkan dipostingan tidak sesuai dengan tanggal draft ini diposting.
Pusing ya bacanya... sama donk... saya juga pusing menyusun kata-katanya. Mending langsung baca aja biar mengerti maksud saya :))

Kayaknya ini akan jadi posting terpanjang sepanjang sejarah blog ini. Kenapa saya tulis panjang dan lebar karena siapa tau saja ada yang lagi blog walking tentang campak dan nyangkut disini (dah geer duluan ajah ^^). Moga-moga aja setelah baca cerita saya tidak akan panik saat buah hatinya terserang campak.

Ini adalah kedua kalinya Abel terserang campak. Yang pertama saat kita lagi pulang ke Kalimantan, tepatnya bulan Februari. Waktu itu gejalanya adalah demam tinggi 40 derajat selama 3 hari dan setelah keliatan bercak-bercak merah dikulitnya, demamnya mulai menurun. Bercak-bercak merah yang timbul cuma di bagian perut dan punggung itupun hanya seperti biang keringat dan berasa gatal. Kalau istilah orang sana ini sakit GERUMUT.
Saat sudah kembali ke Serpong, Abel sering banget demam tapi cuma sumeng-sumeng disertai flu. Kita pikir mungkin dia lagi kecapean dan tubuhnya sedang beradaptasi lagi. Maklum...anak saya ini termasuk anak yang hiperaktif tapi aktivitasnya tidak diimbangi dengan pola makan yang benar. Makannya selalu diemut, butuh waktu 2 jam untuk Abel menghabiskan satu porsi makanannya... fuhhh...
Akhirnya...setelah menunggu beberapa bulan, mungkin tuh campak dah nggak sabar menunjukkan jatidirinya yang sebenarnya. Hari Minggu kemaren tepatnya tangal 27 Mei (ingat aja ya... ya ingat dong kan baru kejadian seminggu yang lalu, ini aja tau tanggalnya nyontek kalender hape dulu hehehehe) pas lagi makan siang Abel mengeluh ada tulang nyangkut di tenggorokannya. Hmm... alasan lagi nih g mau makan... pikir saya, lagian kan Abel lagi makan sop daging masak bisa ketulangan. Kita semua cuek bebek dan berpikir penyebab sakit tenggorokannya karena kebanyakan makan permen dan chiki-chikian isi goodie bag temennya yang ulang tahun. Tetapi eh tetapi... keluhannya makin panjang sampe sore malah menolak saat disuruh minum sambil bilang tenggorokannya sakit. Pas diraba jidatnya ternyata badannya hangat. Hingga menjelang tidur suhu badannya mulai tinggi 39 derajat, Akhirnya Abel saya minumkan parasetamol biar demamnya turun. Mulai deh kita kebingungan dan bertanya-tanya" ada apa denganmu....".

Jam 00.00 - 01.30, disinilah drama sesungguhnya dimulai.
Saya g bisa tidur mendengar Abel batuk terus-terusan sambil teriak-teriak "sakit tenggorokannya..." Sayapun bangun dan ngambilin air minum buat Abel. Saat disuruh minum dan air menyentuh kerongkongannya Abel mulai meringis dan merengek kalau tenggorokannya sakit dan dia menolak untuk minum. Bingung dong saya... waduh... kalau g bisa minum gimana dong... Soalnya saya ngeri saat merasakan tubuhnya yang panas dan melihat bibirnya jadi merah dan mengkerut tandanya dia dehidrasi. Saya pun keluar kamar sebentar mengambil minum untuk diri sendiri sambil menenangkan diri dan saat saya balik ke kamar, Abel sedang terbatuk-batuk sambil menangis dan kemudian MUNTAH... yup!! MUNTAH DARAH bercampur dengan LENDIR. Panik... gemetaran, saya panggil Pak Suami yang sedang tidur di kamar sebelah. 1x, 2x saya panggil dengan suara yang 'normal'... tidak ada respon 3x, 4x, naik 1 oktaf... yang muncul malah mertua, sementara Abel setelah muntah berbaring lemas sambil terisak-isak. Akhirnya saya menjemput Pak Suami yang tidur di kamar sebelah yang ajaibnya sedang tidur dengan NYENYAKnya... grrrr... sempet emosi jiwa juga liatnya, masak anak nangis-nangis, istri memanggil-manggil dari tadi nggak kedengeran. Segera saya bangunkan dia sambil bilang Abel muntah darah Pa... Dan apakah jawabnya sodara-sodara... "Gapapa itu biasa"... WHATTT... well saya g mau berdebat panjang lebar, saya bilang saya mau bawa dia ke rumah sakit takutnya dia punya penyakit paru atau pneumonia atau apa kek yang udah stadium parah sampai bikin muntah darah. Tapi mertua saya menenangkan sambil bilang besok aja ke Rumah Sakitnya soalnya dah malam yang ada juga cuma dokter jaga. Saya lihat Abel lagi kali ini dia lebih tenang mungkin agak lega setelah batuk dan keluar lendirnya. Lalu Suami saya nyelutuk "O... itu darahnya, tadi nggak keliatan ketutupan Mama (aka mertua)". Jadi tadi dia pikir cuma muntah biasa aja dan rada bingung kenapa saya ma mertua nyebut-nyebut soal darah *saya maklumi anda Pak Suami karena jiwamu masih separuh di alam mimpi :(.

Akhirnya besok paginya kita langsung berangkat ke Eka Hospital, awalnya ingin berobat sama Dr. Pingkan tapi berhubung sang dokter lagi ikut persalinan kita pindah haluan ke Dr. Jacob yang irit antrian daaaan..... ternyata irit suara. Saya bilang begitu karena saat saya menjelaskan detail kejadiannya dia cuma diam lalu menyuruh Abel untuk baring di tempat tidur buat diperiksa. Tempel steteskop sana sini, nyalain senter buat periksa tenggorokan (standard prosedur). Selesai.
Saat kembali duduk, dokter mulai menuliskan resep yang PANJAAAANG... sampai 2 lembar dan kita duduk dalam KEHENINGAN. 'Yak, sudah' kata dokternya. HAHH....
Saya: 'jadi anak saya sakit apa Dok?'
Dr: "cuma radang tenggorokan dan infeksi pernafasan"
Saya: "kok sampai keluar darah gitu?emang ga apa apa?"
Dr: "ga apa apa, itu biasa"
Hening sejenak...
Dr: "oke...(tersenyum sambil mengacungkan tangan buat salaman)
Ya sudahlah...kita salaman juga sambil bawa tanda tanya besar dikepala

Pulang ke rumah dengan oleh-oleh 5 macam obat termasuk antibiotik (duh...kasian deh Abel). Namun setelah minum obat tetap aja suhu badannya tinggi, saking tinggi suhu badannya matanya sampai merah dan terasa perih. Kali ini kita belajar sabar mungkin radangnya akut makanya sembuhnya agak lama. Besoknya ternyata demamnya masih tinggi juga malah Abel sering ketakutan dan ga mau ditinggal sendirian sampe teriak minta TOLONG segala...(bingung saya...kok dia bisa teriak tolong...tolong..ya?? )
Hari Rabu...akhirnya kita tau apa sebenarnya sakit Abel, mertua sih yang aware duluan, dia bilang 'kayaknya Abel kena campak nih, tuh...dilehernya keluar ruam-ruam merah, lagian dari kemaren teriak-teriak mulu kayak ketakutan, biasanya anak yang kena campak sering begitu'. Benar aja...hari itu juga demamnya mulai turun, bercak merah pun mulai tampak disekujur tubuhnya. Besoknya semua badan Abel penuh ruam kemerahan untung anaknya sudah gak rewel lagi. Kata mertua kalo dah keluar semua campaknya aman deh...Yak..benar sekali... sekarang hanya tinggal mengembalikan nafsu makan sang anak biar berat badannya naik lagi :)

Lessons learned:
  1. Kalo anak demam tinggi jangan panik duluan tunggu sampai 3 hari, amati apakah ada gejala-gejala yang lainnya. Dalam kasus Abel kemarin saya jadi panik karena dia batuk-batuk sampai mengeluarkan darah tapi itu hanya terjadi sekali dan menurut hasil googling huby, mata merah dan radang tenggorokan merupakan bagian dari gejala campak. Jangan lupa periksa juga kulit anak, leher, telapak tangan dan kaki, biasanya kalo campak bagian-bagian tubuh ini yang kentara perubahannya. Sedia selalu obat penurun demam.
  2. Dalam kasus ini tidak perlu antibiotik walaupun pada kenyataannya Abel saya minumkan antibiotik yang sebenarnya untuk mengobati radangnya dan sebenarnya lagi itu TIDAK DIPERLUKAN (saya akui saya emang labil saat itu dan sampai sekarang saya merasa menyesal membiarkan Abel menelan berbagai macam antibiotik dan zat-zat kimia yang tidak perlu).
  3. Kalau anda ingin meringankan gejala penyakit ini, bisa dicoba dengan memberikan jus labu siam untuk mengeluarkan panas dalam tubuhnya. Air kelapa juga bisa mempercepat keluarnya ruam-ruam pada kulit yang berarti semakin cepat ruam keluar maka semakin cepat anak anda sembuh.
  4. Jangan tinggalkan anak anda sendirian karena saat sedang sakit kadang anak sering berhalusinasi dan merasa ketakutan saat sendirian.
Yak...sekian tulisan amatir dari saya semoga bermanfaat. Maaf kalo bahasanya kurang ilmiah dan penjelasannya kurang mendetail. Kalau mau keterangan lebih detail tentang penyakit ini silahkan tanya-tanya mbah google ato Pak/ Bu Dokter yang anda kenal. Sengaja saya g kasih foto karena saya ga sempat foto dan emang ga tega buat mengabadikannya karena rasanya nelangsa melihat sekujur tubuh Abel yang penuh ruam kemerahan :(